diabetes dan rematik menjadi penyakit paling banyak yang diidap lansia. Ketiga penyakit ini menempati urutan teratas dalam hasil 'Survei Kesejahteraan Lansia' yang dilakukan oleh Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) pada 9 - 22 Mei 2022.
Dari sisi kesehatan, hasil survei menunjukkan kurang dari 40,1 persen lansia merasa sakitnya mengganggu aktivitas keseharian dan 24,6 persen mempunyai penyakit kronis. Lansia perempuan yang melaporkan memiliki penyakit kronis lebih banyak dibanding laki-laki.
Pada peluncuran Survei Nasional Persepsi Lansia di Masa Pandemi - PERGEMI Untuk Negeri, Minggu (29/5/2022), survei melibatkan 816 responden terdiri atas 57,2 perempuan dan 42,8 laki-laki ini tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Hasil menunjukkan, mayoritas lansia mempunyai penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan rematik.
Jumlah obat yang diminum hanya rata-rata 1,4 butir sehari, bahkan 31,9 persen tidak meminum obat atau vitamin. Seluruh responden lansia mengaku 24,6 persen responden memiliki riwayat penyakit kronis, sedangkan 75,4 persen mengaku tidak mempunyai riwayat penyakit kronis.
Dari total 816 responden, jumlah lansia yang memiliki riwayat penyakit kronis sebanyak 201 orang. Daftar penyakit kronis yang dialami, antara lain (dalam persen):
- Hipertensi 37,8
- Diabetes 22,9
- Rematik 11,9
- Jantung 11,4
- Asma 10,4
- Asam Lambung 8,0
- Asam Urat 5,5
- Penyakit Paru Kronis 3,0
- Kolesterol 3,0
- Ginjal 2,0
- Tumor 1,5
- Osteoporosis 1,5
- Anemia 1,5
- Kanker 1,0
- Saraf Kejepit 1,0
- Liver 0,5
- Lainnya (Stroke, Vertigo, Hernia dll)
Pantau Kondisi dan Pendataan Lansia
Misalnya, edukasi melalui berbagai media, pendataan lansia di setiap wilayah dan pemantauan kondisi kesehatan lansia, bekerja sama dengan berbagai perangkat di lingkungan seperti RT, RW, Karang Taruna, Posbindu, Posyandu usila, dan lain-lain.
Perlu juga program-program deteksi dini dari layanan primer yang mencakup lingkungan di tempat lansia tersebut tinggal. Kepada petugas kesehatan yang melakukan kunjungan rumah pada lansia yang sakit untuk tetap memerhatikan prinsip pencegahan penularan dan protokol kesehatan yang sesuai.
Petugas kesehatan juga diminta tidak membeda-bedakan pasien lansia, semata-mata hanya berdasarkan usia. Lalu, selalu mempertimbangkan penilaian status mental kognitif, kemandirian dan kerentaan saat memberikan putusan medis pada lansia.
Jaga Kesehatan Lansia
Para lansia sebaiknya tinggal bersama keluarga/pelaku rawat agar dapat dipantau kondisinya secara rutin. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan di rumah:
- Bagi keluarga/ pelaku rawat, tetap memerhatikan protokol kesehatan dan selalu menjaga kebersihan rumah serta benda-benda yang sering disentuh
- Selalu disiplin menjalankan protokol kesehatan, terutama pada orang yang berkunjung/bertamu. Hindari mengunjungi lansia jika dalam keadaan tidak sehat
PERGEMI juga merekomendasikan, lansia harus tetap melakukan aktivitas fisik sesuai kapasitas fungsional mereka setiap hari, sesuai dengan kemampuandan tingkat kesehatan--dengan pengawasan dan atau sesuai konsultasi dengan dokter--untuk menstimulasi fungsi kognitif.
Kontrol Rutin ke Fasilitas Kesehatan
Rekomendasi PERGEMI lainnya, bagi lansia dengan risiko malnutrisi atau malnutrisi, sesuaikan kebutuhan protein sesuai dengan rekomendasi. Lansia yang datang berobat dan mengonsumsi obat-obatan rutin, diharapkan tetap kontrol rutin ke fasilitas kesehatan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Lansia yang memiliki gejala sisa pasca terinfeksi COVID-19, hendaknya secara rutin berkonsultasi ke dokter atau tenaga kesehatan untuk meningkatkan kapasitas fungsional maupun kesehatan psikis dan mental secara optimal.
Fasilitas kesehatan diharapkan tetap menjalankan penelusuran kontak (contact tracing) pada kelompok usila yang berpotensi tinggi untuk terpapar COVID-19, baik di komunitas maupun fasilitas perawatan jangka panjang, misal Panti Wreda, Panti Rehabilitasi dan lainnya dengan tetap menyelenggarakan layanan kesehatan untuk kasus COVID-19 sesuai standar yang berlaku.
0 Komentar